Selasa, 24 Mei 2011

Awas, Pertambangan Batubara Sumber Krisis Air Kalimantan Terkini

Areal Persawahan di Kutai Kartanegara yang dikepung Tambang Batubara

Areal Persawahan di Kutai Kartanegara yang dikepung Tambang Batubara

Samarinda, 22 Maret 2010. Memperingati hari air sedunia 2010, JATAM Kaltim mengajak seluruh warga Kalimantan kembali memperhatikan keadaan air sungai, rawa, danau, mata air, air tanah dan laut karena kini telah mengalami ancaman yang paling serius. Kalimantan saat ini sedang terancam oleh meningkatnya proses-proses penghancuran ekologis. Bukan saja permasalahan konflik tenurial yang terus terjadi, ancaman terhadap kesehatan dan keberlanjutan produktifitas warga Kalimantan ini makin parah bersama hilangnya sumber-sumber air bersih warga.

Kalimantan dianugerahi satuan ekologik yang stabil, dimana tak dijumpai gunung berapi aktif, pun jalur gempa. Tetapi ceritanya lain ketika Kalimantan telah dirambah 2.475 ijin pertambangan batubara, yang telah, sedang dan akan merusak kawasan-kawasan tangkapan, serapan dan badan-badan air. Pertambangan batubara rakus lahan, air dan energi, menimbun rawa, membuat lubang raksasa yang digenangi air baracun, menghabiskan vegetasi hutan, serta memotong, mendangkalkan dan menghilangkan sungai bahkan mematikan mata air.

Pada 2009, JATAM Kaltim mencatat setidaknya 9 aliran sungai kecil yang hilang akibat kegiatan pertambangan. Sementara sungai Mahakam dengan panjang 900 Km yang melayani warga di Kabupatan Kutai Barat, Kutai Kartanegara, dan Kota Samarinda juga mengalami penurunan kualitas, mengandung zat-zat beracun berbahaya, keruh, abrasi dan mengalami pendangkalan, memicu banjir kerap datang. Itu terjadi akibat akumulasi penggundulan hutan dan penggalian batubara.

Kegiatan pertambangan skala besar sepanjang sungai Kandilo. Di daerah aliran sungai Kandilo, Kabupaten Paser-Kalimantan Timur, terdapat 8.009 kepala keluarga terganggu pasokan air bersihnya karena air sungai tercemar zat kimia berbahaya dan kekeruhan yang tinggi. Perusahaan Daerah Air Minum terpaksa menggunakan bahan kimia hingga empat kali biasanya. Begitu juga di DAS Bengalon Kutai Timur, terdapat 9.971 jiwa yang menggantungkan dan mengatur kosmologi hidupnya dengan sungai ini , terancam pasokan air bersih karena sungai tersebut menjadi tak layak lagi untuk kebutuhan sehari-hari.

Selain itu, tambang batubara juga membuat pengairan sawah di kampung Makroman, sebagai lumbung pangan Kota Samarinda, terancam rusak kawasan hulu persawahannya. Pola tanam mereka terganggu, mereka dipaksa mengganti pola tanam lahan sawah menjadi nugal (menanam di lahan kering). Bahkan tahun ini, sawah seluas 100 hektar terancam tidak berproduksi karena terancam tambang CV Arjuna yang luasnya 695,5 hektar, yang bukan hanya mencaplok di hulu persawahan bahkan sudah mematok kawasannya sampai ke lahan sawah rakyat. Tak hanya itu, banjir yang melanda beberapa kawasan di Kota Samarinda juga dipicu oleh kehadiran tambang batubara. Banjir semakin massif kala kawasan hulu Samarinda berubah menjadi kawasan pertambangan. Begitu pula yang dialami warga Tenggarong Seberang. Warga kampung Kertabuana kehilangan sumber air u persawahan, sebab 70 persen lahan sawah mereka dicaplok pertambangan batubara. Khal yang sama terjadi di kampung Mulawarman, kampung Bangun Rejo, dan kampung-kampung lain di berbagai wilayah di Kalimantan dimana tambang beroperasi. Berkurangnya pasokan air bersih akan menjadi sumber krisis warga.

JATAM Kaltim mengajak warga Kalimantan bergabung dalam Gerakan Anti Generasi Suram Kalimantan, untuk membangun solidaritas bersama melawan daya rusak industri keruk di Kalimantan. JATAM Kaltim mengajak warga Indonesia mendukung Petisi Anti generasi Suram Kalimantan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar